Peringatan hari kemerdekaan selalu meninggalkan kesan-kesan positif. Demikian pula peringatan ke-72 hari kemerdekaan Indonesia. Beberepa di antaranya cukup terang benderang, antara lain:

Indahnya kebhinnekaan

Kebhinnekaan adalah keniscayaan. Karena ada bukit ada lembah sehingga dunia ini indah. Karena ada daratan ada lautan sehingga negeri kita negara kesatuan. Karena ada hangat ada sejuk sehingga hidup jadi dinamis. Ringkasnya, dalam segala hal kehidupan, kebhinnekaan itu adalah keniscayaan. Bagi Indonesia, yang sejak sebelum merdeka sudah beraneka, kebhinnekaan lebih kuat. Maka, yang perlu penting diupayakan adalah mengelola kebhinnekaan, bukan upaya penyeragaman. Kebhinnekaan yang ada dikelola sedemikian rupa menjadi harmoni untuk menyajikan simponi yang indah.

Peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-72, untuk pertama kali, peserta upacara perayaan mengenakan pakaian adat. Indah. Kebhinnekaan budaya Indonesia ditonjolkan, sejajar dengan busana dari penjuru dunia, tampil di peristiwa resmi yang dihadiri banyak tamu negara. Cara yang manis mengenalkan budaya Indonesia lewat busana. Pesan yang disampaikan kepada dunia, “Lihat, kami Indonesia, walau beragam namun tetap satu jua.”

Kesan merangkul segenap elemen masyarakat tersimbolkan dengan berhadirnya warga yang nyeker. Meski dekat dengan ibukota, ada kelompok masyarakat yang memelihara budaya leluhur dengan ketat. Tanpa alas kaki, mereka berbaur dengan saudara sebangsa setanah air sebahasa, bersukacita merayakan hari kemerdekaan. Indah, nyaman, damai.

Kedamaian menginspirasi

Untuk pertama kalinya, para mantan presiden dan wakil presiden secara lengkap menghadiri undangan perayaan hari kemerdekaan. Kebersamaan mereka di tempat yang sama, bahkan mengabadikannya dengan foto bareng,memberikan aura damai. Sinyalemen ‘perseteruan’ yang selama ini melekat pada tokoh-tokoh nasional, tercairkan.

Kedamaian hubungan para tokoh nasional melebur pengkubuan di tengah masyarakat. Meski tidak terungkap secara verbal, patut diduga bahwa masyarakat terpolarisasi lebih memihak ke seorang tokoh daripada tokoh lain. Dengan menghadirkan kedamaian pada pergaulan mereka, berdampak sangat bagus sampai ke lapisan masyarakat terbawah. Masyarakat menjadi damai mengacu pada kedamaian para tokoh nasional.

Kompetisi dinamis

Kurang jelas, apakah sebelum perayaan hari kemerdekaan, diinformasikan pemilihan berbusana adat terbaik. Dengan pemilihan peserta perayaan terkategori berbusana adat terbaik melambangkan semangat kompetisi. Memberi kesan, bahwa walaupun bukan sedang berkompetisi, betapa perlunya menampilkan diri sebaik mungkin, meningkatkan citra diri yang pada gilirannya akan meningkatkan citra bangsa.

Hadiah berupa sepeda, secara filosofis, menganjurkan untuk tetap dinamis. Sepeda, bila tidak dikayuh secara dinamis, akan sangat sulit mempertahankan berdiri tegak. Maka, untuk bisa bergerak tegak berdiri dan maju, harus dikayuh, harus dinamis. Kesan dari memperoleh hadiah sepeda dari berbusana adat terbaik, seolah menganjurkan agar masyarakat senantiasa dinamis sambil tampil sebaik mungkin guna meraih hasil yang menggembirakan.

Demo udara

Pada perayaan hari kemerdekaan kali ini juga ditandai dengan demo udara. Itu memberi kesan bahwa masyarakat Indonesia siap mempertahankan tiap jengkal tanah air Indonesia. Membanggakan. Gemuruh deru mesin pesawat tempur membangkitkan semangat. Negeri kita tercinta, akan segera sejajar dengan negara lain yang sudah lebih dahulu maju. Kebersamaan, harmoni, persatuan, akan membubungkan Indonesia lebih tinggi lagi.

Itu beberapa kesan yang menonjol pada perayaan ke-72 tahun kemerdekaan Indonesia yang menarik perhatian. Di Kecamatan Kragan, perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia setiap 17 Agustus jamak dirayakan dengan beragam lomba. Perlombaan “17 Agustusan” tersebut di antaranya panjat pinang, makan kerupuk, balap karung dll.

Bukan sekadar lomba, tapi panitia penyelenggara biasanya juga menyiapkan hadiah untuk para pemenangnya. Lelaki, perempuan, dan anak-anak ikut berpartisipasi.

Namun, meski dilakukan hampir setiap tahun, tak banyak masyarakat Indonesia sadar asal mula tradisi perayaan 17 Agustus tersebut. Padahal, beberapa jenis perlombaan sebenarnya punya sejarah dan filosofi tersendiri. Dari mana awal mulanya?

Hingga kini tidak diketahui pasti siapa tokoh pelopor tradisi perlombaan untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. Yang pasti, perlombaan “17 Agustusan” mulai jamak dilakukan sekitar tahun 1950-an.

Begitu juga di Kecamatan Kragan, mulai dari masyarakat biasa hingga aparatur-aparatur Desa, semuanya ikut merayakan pesta kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2017 kemarin. Mulai dari lomba-lomba dan karnaval yang diadakan tiap masing-masing Desa hingga tingkat Kecamatan banyak warga yang telah ikut berpartisipasi.

Camat Kragan dan Ibu Camat Kragan ( Bapak Mashadi, S.Pd.,MM dan Ibu Siti Purwati, S.Pd ) sedang menaiki delman hias pada karnaval tingkat kecamatan kragan tanggal 19 Agustus 2017.

Pelaksanaan lomba tarik tambang tingkat kecamatan kragan yang dilaksanakan di lapangan Desa Balongmulyo.

Perayaan karnaval memperingati hari kemerdekaan RI Ke-72 di Desa Sendangmulyo Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang – Jawa Tengah.

Daftar Pustaka: http://www.kompasiana.com/hshdamanik/5995b168e1f9c204ef74dd94/kesan-dipesankan-oleh-ulang-tahun-kemerdekaan-ke-72

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *